Senin, 31 Agustus 2009

 Tumbuhan Lumut

Kompetensi Dasar :
3.3 Mendeskripsi-kan ciri-ciri Divisio dalam dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi.
Materi :
Plantae
1. Ciri-ciri umum plantae
Organisme eukariotik multiseluler, autotrof, vaskuler dan nonvaskuler, reproduksi secara generatif dan vegetatif. Meliputi Tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.
2. Tumbuhan lumut
Tumbuhan yang sudah menye-suaikan dengan lingkungan darat yang lembab dan basah. Memiliki pergiliran keturunan. Belum memiliki jaringan pengangkut , tidak berkormus. Meliputi lumut daun dan lumut hati.
3. Tumbuhan paku
Tumbuhan yang hidup didarat yang basah dan lembab, memiliki jaringan pengangkut, berkormus, dan bermetagenesis. Meliputi paku homospor, paku heterospor, dan paku peralihan.
4. Tumbuhan biji (Spermatophyta).
Spermatophyta Berkembangbiak menggunakan biji. Meliputi Angiospermae dan Gymnospermae


PETA KONSEP

Lumut (Bryophyta)

Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum sp.).
Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus (Kormofita).
Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof.
Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifil maka hutan demikian disebut hutan lumut.
Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem).
Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:
a. Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermtozoid
b. alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum

Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius).
Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :
- Vaginula (kaki)
- Seta (tangkai)
- Apofisis (ujung seta yang melebar)
- Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak
spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
CONTOH-CONTOH SPESIES LUMUT
Kelas HEPATICAE (lumut hati) :
Marchantia polymorpha >> bentuknya pipih seperti pita, dahulu digunakan untuk pengobatan hepatitis.
Kelas MUSCI (lumut daun) :
- Sphagnum fimbriatum
- Sphagnum acutilfolium
- Sphagnum squarrosum
- Sphagnum ruppinense
Semuanya dinamakan lumut gambut dan sering disterilkan dan digunakan orang sebagai pengganti kapas.
Daur Hidup Lumut



SKEMA METAGENESIS LUMUT


Contoh Tumb. Lumut


DUNIA TUMBUHAN


Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !!!

1. Tumbuhan dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan ada tidaknya
Pembuluh angkut, yaitu…………..dan …………….
2. Tumbuhan talus ( talofita ) adalah……………..
3. Tumbuhan kormus adalah………………….
4. Kelompok Tracheophyta adalah tumbuhan ……………dan…………….,
Sedangkan tumbuhan non tracheophyta adalah tumbuhan……….
5. Akar lumut merupakan ……….(……….), yang berfungsi…………………..
6. Tumbuhan lumut yang kalian lihat dan kalian buat praktikum sebenarnya adalah fase………….
7. Gametofit adalah ……………………………………………………………….
8. Generasi sporofit pada lumut adalah generasi yang menghasilkan……………
9. Spora pada tumbuhan lumut dihasilkan oleh…………………………………..
10. Pada pergiliran keturunan tumbuhan lumut, spora tumbuh menjadi…………..
11. Pada tumbuhan lumut bagian yang memiliki jumlah kromosom n ( haploid )
Adalah………..,………..,………,……..,………,………,……….
12. Pada tumbuhan lumut generasi sporofit adalah…………….
13. Pada tumbuhan lumut yang termasuk fase sporofit adalah…………,………….
dan ……………
14. Pada tumbuhan lumut bagian yang memiliki jumlah kromosom 2n (diploid)
adalah……….,………..,……….,……….
15. Pada tumbuhan lumut yang termasuk fase gametofit adalah…….....,…………,
………….,…………,…………..
16. Lumut berumah satu (monoesis/monoseus) adalah…………………………
17. Lumut berumah dua (diesis/dioseus) adalah……………………………………
18. Tumbuhan lumut dikelompokkan menjadi 3 kelas, yaitu………………………
19. Tumbuhan lumut merupakan ……..yang berumur…………. Sedangkan
Sporogonium merupakan …………yang berumur ………………
20. Lumut berperan sebagai ……,……..,……..,…….
21. Tumbuhan berpembuluh terdiri atas………(……….) dan ……..(……….)
22. Tumbuha paku merupakan tumbuhan kormus yang menghasilkan……………
23. Tumbuhan paku berakar………………………..
24. Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh di ………….disebut……………,
dan ada yang tumbuh di ……………
25. Tumbuhan paku ada yang berdaun kecil disebut……………
26. Tumbuhan paku ada yang berdaun besar disebut……………
27. Tropofil adalah……………………………………………….
28. Sporofil adalah………………………………………………..
29. Kumpulan sporangium disebut……………….
30. Sorus dilindungi oleh suatu selaput yang disebut…………….
31. Generasi gametofit pada tumbuhan paku adalah……..,………..,……….,………,……….,dan………..
32. Generasi sporofit pada tumbuhan paku adalah……,…….,……..,………
33. Pada tumbuhan paku bagian yang memiliki jumlah kromosom 2n (diploid)
adalah ……….,………..,………..,…………
34. Paku homospora (isospora), yaitu…………….,contoh………(…………….)
35. Paku heterospora(anisospora) yaitu……………., contoh ……….(………….)
………..(………….)
36. Paku peralihan antara homospora dan heterospora yaitu……………….,contoh
…………(…………..)
37. Tumbuhan paku dibagi menjadi 4 kelas yaitu…………………
38. Tumbuhan paku yang kita amati di pot adalah tumbuhan dalam fase………….
39. Fase gametofit pada tumbuha paku adalah ……yang berumur………………
40. Peranan tumbuhan paku antara lain sebagai…………..(6)
41. Tumbuhan biji dibedakan menjadi dua golongan, yaitu………..(………..)
dan………….(…………..)
42. Gymnospermae adalah………………………………………………………….
43. Ciri-ciri tumbuhan gymnospermae (akar, batang, daun, bunga, biji )…………
44. Tulis siklus hidup tumbuhan biji terbuka…………………………………
45. Beberapa kelas dari gymnospermae adalah…..,…….,……..,………
46. Peranan gymnospermae adalah sebagai………………..( 4 )
47. Angiospermaemerupakan………………………………………………………
48. Berdasarkan jumlah daun lembaga (kotiledon), angiospermae dikelompokkan
Menjadi dua kelas yaitu………..dan………..
49. Ciri-ciri tumbuhan monokotil ( akar, batang & akar, daun, bunga, biji, ujung
akar lembaga , ujung pucuk lembaga )…………..
50. Ciri-ciri tumbuhan dikotil ( akar, batang & akar, daun, bunga, biji, ujung akar
lembaga, ujung pucuk lembaga )…………….
51. Tulis bagan daur hidup tumbuhan biji tertutup
52. Beberapa famili ( suku ) monokotil antara lain………..( 6 )
53. Beberapa famili ( suku ) dikotil antara lain…………………..( 9 )
54. Berikan alasanmu mengapa kacang buncis digolongkan dalam kelompok dikotil …….
55. Tuliskan bagian-bagian bunga lengkap ( bunga sempurna ) dan fungsi bagian-
bagian bunga tersebut ! ….
56. Penyerbukan ( polinasi ) adalah……………………………………………….
57. Pembuahan ( fertilisasi ) adalah ………………………………………………
Pembuahan pada angiospermae disebut………..karena……………………….
58. Berdasarkan asal serbuk sarinya penyerbukan dibedakan menjadi 4 macam
yaitu…………..,…………..,………..,dan………….
59. Jelaskan ( disertai gambar ) tentang autogami, geitonogami, allogami, dan
hibridogami.
60. Berdasarkan faktor yang membantu penyerbukannya. Penyerbukan dibedakan menjadi 4 macam yaitu……….(…………),……(………..),...........(……….) dan ………(…….)



DIVISIO BRYOPHYTA
- Merupakan tumbuhan peralihan antara thallophyta dan kormophyta
- Akar berupa rhizoid
- Batang, ada pada lumut daun
- daun masih sederhana, tipis, hanya setebal satu lapis sel
- Tidak memiliki jaringan pengangkut ( xylem dan floem )
- Habitat di tempat lembab
Pengelompokan tumbuhan lumut :
1. Hepaticeae ( Hepaticopsida ), contoh Marchantia polymorpha, biasa disebut lumut hati
2. Musci ( Bryopsida ), contoh Sphagnum fimbriatum, biasa disebut lumut daun
Reproduksi Lumut :
- Mengalami metagenesis atau pergiliran keturunan antara fase sporofit dan fase gametofit
- Fase gametofit adalah tumbuhan lumut, menghasilkan gamet, lebih dominan dan hidupnya lebih lama
- Tumbuhan lumut sel-selnya haploid, sebab tumbuh langsung dari spora
- Fase sporofit adalah sporogonium, menghasilkan spora, hidupnya tidak lama
- Sporogonium sel-selnya diploid, sebab tumbuh dari zygot
































MODUL 4
TUMBUHAN LUMUT
Divisi Bryophyta
1. Tumbuhan lumut adalah golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih tinggi daripada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio.
2. Meskipun tumbuhan lumut hidup di darat tetapi untuk terjadinya pembuahan masih tetap memerlukan air, hingga tumbuhan lumut disebut sebagai tumbuhan amfibi.
3. Bentuk dan susunan gametangium yang spesifik pada tumbuhan lumut ialah terutama pada arkegonium yang berbentuk seperti botol dan terdiri atas bagian perut dan bagian leher, sehingga tumbuhan lumut termasuk golongan Archegoniata.
4. Berhubung dalam perkembangan sporofitnya tumbuhan lumut membentuk embrio, dan untuk terjadinya pembuahan gamet jantan mencapai sel telur tanpa harus melalui "siphon", maka tumbuhan lumut tergolong Embriophyta asiphonogama.
5. Dalam siklus hidup yang normal generasi haploid (gametofit) dan generasi diploid (sporofit) bergiliran secara teratur.
6. Penyimpangan dari siklus hidup yang normal dapat mengakibatkan peristiwa apogami dan apospori.
7. Sporofit yang terjadi karena peristiwa apogami adalah haploid, sebaliknya gametofit yang terjadi karena peristiwa apospori adalah diploid dan menghasilkan gamet yang diploid pula.
8. Pembagian klasifikasi Bryophyta yang pertama menurut Eichler (1883) didasarkan atas perbedaan bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya, dibagi menjadi dua kelas yaitu Hepaticae dan Musci.
9. Dalam perkembangan klasifikasi selanjutnya ternyata bangsa Anthocerotales (anggota dari kelas Hepaticae) menurut Howe (1899) mempunyai struktur gametofit dan sporogonium yang berlainan hingga kemudian dikelompokkan dalam kelas tersendiri yaitu Anthocerotae, maka pembagian Bryophyta menjadi Hepaticae, Anthocerotae, dan Musci.
10. Berhubung nama-nama takson tersebut di atas belum sesuai dengan peraturan dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan maka Rothmaler (1951) dan juga Proskauer (1957) mengganti nama takson tersebut menjadi Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida.
Kegiatan Belajar 2
Hepaticopsida dan Anthocerotopsida
1. Kelas Hepaticopsida mempunyai ciri-ciri antara lain gametofitnya yang pipih dorsiventral. Bentuk tubuh gametofit ada yang berupa lembaran dan ada yang menyerupai batang dengan daun-daun. Di dalam kapsul spora hanya ada jaringan arkespora. Spora yang berkecambah tidak membentuk protonema.
2. Berdasarkan perbedaan struktur vegetatif dan struktur produktifnya, Hepaticopsida dibagi menjadi 4 bangsa yaitu: Marchantiales, Sphaerocarpales, Yungermanniales, dan Calobryales.
3. Bangsa Marchantiales dicirikan dengan gametofitnya yang berbentuk seperti pita bercabang menggarpu, ada diferensiasi dalam jaringan penyusunnya, dan gametangium letaknya tenggelam.
4. Anggota bangsa Marchantiales yang paling sederhana adalah suku Ricciaceae dengan ciri-ciri sporofit hanya terdiri atas bagian kapsul saja dan terdapat di dalam jaringan talus. Tidak ada pelepasan spora, maka hanya dapat tersebar setelah jaringan sekelilingnya rusak.
5. Suku Marchantiaceae mempunyai ciri-ciri pada gametangiumnya yang terdapat pada suatu penyangga atau gametangiofor, sporofitnya terdiri atas bagian kaki, seta, dan kapsul. Sel-sel arkhespora kecuali membentuk spora juga elatera.
6. Yungermanniales adalah salah satu bangsa dari kelas Hepaticopsida yang tidak mempunyai mulut kulit (stomata), dan arkegoniumnya diliputi oleh involukrum (pada yang talusnya berupa lembaran) atau dikelilingi oleh periketium/periantium (pada yang talusnya menyerupai batang dengan daun-daun).
7. Berdasarkan duduknya sporogonium, Yungermanniales dibedakan atas 2 anak bangsa yaitu Metzgerinae (Anacrogynae) dan Yungermanninae (Acrogynae).
8. Anthocerotopsida mempunyai sporofit yang terdiri dari kaki dan kapsul saja. Bentuk kapsul spora menyerupai tanduk, maka dinamakan lumut tanduk. Di dalam kapsul spora terdapat jaringan arkespor dan sepanjang poros bujurnya terdapat kolumela.
9. Anthocerotopsida hanya terdiri satu bangsa Anthocerotales dan dua suku yaitu Anthocerotaceae dan Notothylaceae.
10. Anthocerotopsida juga dapat berkembang biak secara aseksual seperti pada Hepaticopsida yaitu dengan fragmentasi, pembentukan gemma, pembentukan
















MODUL 1
PRINSIP-PRINSIP TAKSONOMI TUMBUHAN
Kegiatan Belajar 1
Tatanama Tumbuhan
1. Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
2. Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud.
3. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
4. Setiap individu tumbuhan termasuk dalam sejumlah taksa yang jenjang tingkatnya berurutan.
5. Tingkat jenis (species) merupakan dasar dari seluruh takson yang ada.
6. Nama-nama takson di atas tingkat suku (familia) diambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga dengan akhiran yang berbeda menurut tingkatnya.
7. Nama suku (familia) merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda berbentuk jamak. Nama tersebut diambil dari nama salah satu marga yang termasuk dalam suku tadi ditambah dengan akhiran -aceae.
8. Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad atau suatu kata yang diperlakukan demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber mana pun, dan dapat disusun dalam cara sembarang.
9. Nama ilmiah untuk jenis harus bersifat ganda, artinya terdiri atas dua suku kata yang berbentuk mufrad yang diperlakukan sebagai bahasa Latin.
10. Nama takson tingkat suku ke bawah diikuti nama orang yang memberikan nama ilmiah dalam bentuk singkatan.
Kegiatan Belajar 2
Klasifikasi
1. Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.
2. Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan pengklasifikasian itu.
3. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) di atasnya.
4. Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan istilah kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu hierarki tertentu.
5. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu nama takson sekaligus menunjukkan pula tingkat takson (kategori).
6. Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifikasi buatan, sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
7. Berdasarkan sejarah perkembangannya ketiga sistem klasifikasi tersebut dibagi menjadi empat periode yaitu periode sistem habitus, periode sistem numerik, periode sistem alam, dan periode sistem filogenetik.
8. Sistem klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang telah ada dengan penambahan data yang baru, disebut sistem kontemporer.
9. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.
10. Perubahan klasifikasi organisme hidup yang semula dua dunia kemudian menjadi empat dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah mengakibatkan sekelompok atau sebagian kelompok organisme yang semula termasuk dalam dunia tumbuhan dipindahkan ke dalam dunia (regnum) baru atau regnum yang lain.
Kegiatan Belajar 3
Identifikasi
1. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
2. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
3. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam KITT.
4. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT.
5. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
6. Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu.
7. Monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu. baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia.
8. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.
9. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya, berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan diidentifikasi dapat diketahui.
10. Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan.
MODUL 2
ALGAE
Kegiatan Belajar 1
Taksonomi Algae
1. Linnaeus membagi Cryptogamae menjadi 4 bangsa yaitu: Filices, Musci, Algae dan Fungi.
De Jussieu membagi tumbuhan menjadi 3 golongan, Acotyledoneae, Monocotyledoneae, Dicotyledoneae.
2. Tahun 1880 diperkenalkan suatu sistem yang membagi Cryptogamae menjadi Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta.
3. Thallophyta yang terdiri dari dua anak kelas Algae dan Fungi dibedakan dari Bryophyta dan Pteridophyta berdasarkan pada struktur alat penghasil spora dan gamet serta perkembangan zigotnya.
4. Dipermasalahkan mengenai keabsahan (validitas) dari Thallophyta.
Algae dan Fungi mempunyai kesamaan ciri-ciri yang digunakan untuk memisahkan keduanya dari tumbuhan lain, atas dasar kesamaan ini dipertanyakan apakah fungi berasal dari algae? dalam kenyataan, tidak satu fungi pun berasal dari algae. Dengan demikian divisi Thallophyta tidak dapat dipertahankan, sehingga bukan merupakan divisi yang valid. Sebaiknya Algae dan Fungi ditempatkan dalam satu atau lebih divisi.
5. Ciri-ciri yang akan digunakan sebagai dasar untuk memberi definisi algae:
1. menurut Fritsch (1935): Algae harus holofitik yang gagal mencapai ciri deferensiasi Archegoniatae.
2. Smith (1955 ) mendasarkan pada struktur organ seksualnya.
6. Sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4 kelas Algae, yaitu Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Myxophyceae (Cyanophyceae). Ahli Protozoologi menempatkan semua organisme bersel tunggal yang berkhlorofil, berflagella seta motil dalam kelas Mastigophora dari filum Protozoa. Para pakar botani mengeluarkan anggota-anggota tertentu dari deret (seri) Volvocin. Rabenhorst menempatkan seri Chlamydomonas-Volvox dalam ganggang hijau rumput dan diberi nama Chlorophyllaceae.
Xanthophyceae (Heterokontae) dipisahkan dari Chlorophyceae pada permulaan abad 20 dan Fagellatae tertentu yang berpigmen dimasukkan dalam kelas Xanthophyceae.
Berbagai macam kelompok yang semula oleh pakar Protozoologi dimasukkan dalam Mastigophora secara filogegenetik berhubungan dengan organisme yang bersifat algae sejati.
7. Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikros- kop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,
3. flagelasi,
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.

Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta, Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cyanophyta. Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae); Cyanophyta termasuk Monera.
8. Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:
1. Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.
2. Bentuk multiseluler:
1. a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid
2. Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
3. Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan multiaksial.
4. Bentuk sifon/pipa.
5. Pseudoparenkhimatik
9. Reproduksi
1. Vegetatif: fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan hormogonia.
2. Aseksual: pembentukan mitospora, zoospora, aplanospora, hipnospora, stadium pamela.
3. Seksual: isogami, heterogami yang terdiri dari anisogami dan oogami, aplanogami, autogami.
10. Pergantian keturunan
1. Pergantian keturunan haplobiontik terdiri dari: pergantian keturunan yang haplontik dan diplontik.
2. Pergantian keturunan yang isomorfik dan heteromorfik.
Kegiatan Belajar 2
Divisi: Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Cyanophyta
I. Divisi Chlorophyta
Ciri-ciri
1. Pigmen, khlorofil a dan b, santofil, dan karoten, khlorofil terdapat dalam jumlah yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput.
2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam khloroplas.
3. Khloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa, bulat, pita, spiral dsb.
4. Sel berinti sejati, satu atau lebih.
5. Sel kembara mempunyai 2 atau 4 flagela sama panjang, bertipe whiplash.
6. Dinding sel mengandung selulose.
7. Bentuk talus/struktur vegetatif
1. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
2. uniseluler nonmotil/kokoid: Chlorella sp.
3. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp
4. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
5. palmeloid: Tetraspora sp.
6. dendroid: Prasinocladus sp.
7. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
8. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
9. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
10. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
11. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
12. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha
13. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
Perkembangbiakan
1. secara vegetatif: dengan fragmentasi talusnya
2. secara aseksual: dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora, autospora.
3. secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami.
Chlorophyta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Chloropyceae dan Charophyceae
Menurut Smith (1955) Chlorophyceae dibagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Volovocales, Tetrasporales, Ulothrichales, Ulvales, Schizogoniales (Prasiolales) Cladophorales, Oedogoniales, Zygnematales, Chlorococcales, Siphonales, Dasycladales dan Siphonocladales. Oleh beberapa penulis, Tetrasporales dan Volovocales sering disatukan menjadi satu bangsa, yaitu Volvocales dan Tetrasporales dianggap sebagai anak bangsa dan Volvocales. Dalam hal ini, mereka berpendapat bahwa kedua bangsa tersebut hanya mempunyai perbedaan kecil saja.
Tempat hidup
Sebagian besar 90% merupakan algae air tawar terdapat pula di tanah atau di dinding tembok yang lembab, di atas batang pohon dan dapat pula sebagai epifil (pada permukaan daun).
Charophycaea
1. Tubuh merupakan talus yang tegak, beruas dan berbuku-buku dan bercabang. Cabang yang pertumbuhannya tak terbatas keluar dari buku-buku tersebut dan dari setiap buku keluar cabang yang pertumbuhannya terbatas, yaitu cabang lateral (filoid) yang letaknya melingkari buku tersebut. Tubuh ini sering diliputi oleh CaCO3.
2. Reproduksi.
1. secara seksual: dilakukan dengan oogami. Alat kelamin betina dikelilingi benang-benang steril yang letaknya melingkar hingga membentuk spiral. Alat kelamin jantan, terdiri dari satu sel, masing-masing anteridium disatukan dalam filamen yang uniseriate dan dibungkus oleh selubung yang terdiri dari 8 sel.
2. secara vegetatif: dengan membentuk bintang-bintang amilum dan bulbus.
Dengan melihat struktur alat kelamin dan adanya stadium protenema dalam perkembangan zigot, struktur vegetatif dari tubuhnya, maka beberapa ahli mengatakan bahwa kedudukan Chara berada antara Thallophyta dan Bryophyta. Jenis-jenis yang masih hidup adalah Chara spp dan Nitella spp kesemuanya hidup di air tawar.
II. Divisi Phaeophyta
Hanya terdiri dari satu kelas : Phaeophyceae
Ciri-ciri
1. Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup di lautan daerah beriklim dingin.
2. Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat.
Reproduksi
Sel reproduksi yang motil baik zoospora ataupun zoogamet berflagela 2 buah, tidak sama panjang dan terletak dibagian lateral dari sel, bertipe whiplash dan tinsel. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora atau aplanospora. Reproduksi seksual dilakukan secara isogami, anisogami atau oogami.
Daur hidup
Jenis-jenis dari bangsa-bangsa dalam Phaeophyceae mempunyai daur hidup dengan pergantian keturunan, kecuali jenis-jenis dari bangsa Fucales. Ada tiga tipe pergantian keturunan, yaitu: isomorfik (Dictyola sp.), heteromorfik (Laminaria sp). Dan diplontik (Sargassum sp.)
Tempat hidup
Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.
III. Divisi Rhodophyta
Hanya mempunyai satu kelas, yaitu Rhodophyceae.
Ciri-ciri
1. Sel mempunyai dinding yang terdiri dari selulose dan agar atau karagen.
Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagela.
2. Pigmen
Khlorofil: terdiri dari khlorofil a dan d.
Fikobilin: fikoeritrin dan fikosianin yang sering disebut pigmen aksesoris.
- karoten
Pigmen-pigmen tersebut terdapat dalam kloroplas
3. Cadangan makanan berupa tepung flaridea dan terdapat diluar khloroplas.
4. Talus
Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler. Talus yang multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang multiseluler, terutama yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk talus yang pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya ada 2 tipe talus: monoaksial dan multiaksial.
Reproduksi
Reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi. Rhodopyceae membentuk bermacam-macam spora, karpospora (spora seksual), sporta, netral, monospora. Tetraspora, bispora, dan polispora.
Pergantian keturunan
Pada yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2 tipe, yaitu bifasik dan trifasik.
1. Bifasik: inti zigot langsung mengadakan meiosis; hingga menghasilkan karposporafit haploid yang tumbuh pada gametofitnya atau inti zigot membelah mitosis hingga membentuk karposporangium yang intinya diploid inti karposporangium mengadakan meiosis dan membentuk karpospora yang haploid. Karposporofit berada pada gametofit.
2. Trifasik: inti zigot hanya membelah mitosis, membentuk karposporangium dengan karpospora yang diploid. Karposporofit terdapat pada gametofit, karpospora yang diploid tumbuh menjadi tetrasporofit yang diploid dan hidup bebas, tetrasporangium yang terbentuk intinya membelah meiosis dan menghasilkan 4 spora yang haploid (tertraspora). Tetraspora tumbuh menjadi gametofit. Gametofit dan tetrasporofit umumnya isomorfik.
________________________________________
MODUL 3
FUNGI DAN LICHEN
Kegiatan Belajar 1
Fungi
1. Jamur sering dianggap sebagai organisme yang tergolong dalam tumbuhan, tetapi adapula yang menganggap jamur sebagai golongan organisme yang terpisah dari tumbuhan. Dengan demikian terdapat pula perbedaan dalam klasifikasinya, tetapi perbedaan tadi terletak pada taksa yang lebih tinggi dari kelas, sedangkan taksa dari kelas kebawah tidak terdapat perbedaan. Dalam modul ini jamur dikelompokkan sebagai organisme yang tergolong dalam tumbuhan dan yang dibicarakan adalah jamur sejati (Eumycotina).
2. Tubuh dari Eumycotina dapat berupa sel tunggal atau hife yang senositik, yaitu pada Eumycotina tingkat rendah sedangkan tubuh dari Eumycotina tingkat tinggi berupa hife bersepta yang letaknya teratur.
3. Reproduksi
1. Secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi talusnya, pembelahan sel, pembentukan tunas, artrospora, khlamidospora, sklerotium.
2. secara aseksual dengan pembentukan spora seksual (mitospora), yaitu sporangi-ospora berupa zoospora atau aplanospora dan konidiospora (konidi).
3. reproduksi seksual dilakukan melalui kontak gametangia, kopulasi gametangia, somatogami, spermatisasi yang kemudian menghasilkan spora seksual, yaitu askospora dan basidiospora.
Eumycotina tingkat rendah
4. Kelas Chytridiomycetes: tubuh berupa sel tunggal yang multinukleat, holokarpik atau eukarpik, atau berupa hife senositik yang masih sederhana. Mempunyai satu flagelum, bertipe whiplash dan letaknya posterior. Dibagi ke bangsanya berdasarkan atas struktur alat reproduksi dan struktur somatik.
5. Kelas Hyphochytridiomycetes: kelas ini merupakan kelas yang kecil, tubuh hampir sama dengan Chytridiomycetes, sel-sel motil mempunyai 1 flagellum yang letaknya anterior bertipe tinsel.
6. Kelas Oomycetes: miselium terdiri dari hife senosotik yang becabang-cabang banyak, zoospora berflagela 2 buah bertipe whiplash yang mengarah kebelakang dan tinsel yang mengarah ke muka. Dinding sel mengandung glukan dan selulose, tidak mengandung khitin. Reproduksi seksual dilakukan secara oogami, meiosis gametangial,
Bangsa Saprolegniales: miselium kasar, zoospora diplanetik sampai poliplanetik. Jenis-jenis dari bangsa ini merupakan jamur air, hidup pada substrat yang mengandung protein.
Bangsa Peronosporales: Anggota dari bangsa ini merupakan parasit pada tumbuhan, banyak menimbulkan banyak kerusakan. Bangsa ini dibagi kesuku-sukunya berdasarkan atas sifat sporangioforanya Suku yang penting adalah Pytiaceae, Peronosporaceae dan Albuginaceae.
7. Kelas Zygomycetes. Ciri khas dari kelas ini ialah terbentuknya spora istirahat yang disebut zigospora yang terdapat dalam zigosporangium dan dihasilkan dari persatuan dua gametangia (kopulasi gametangium/gametangiogami). Miselium terdiri dari hife yang senositik, tumbuh lebat. Tidak membentuk sel-sel yang berflagela. Bangsa Mucorales. Anggota yang terkenal adalah Mucor dan Rhizopus..
8. Kelas Trichomycetes. Miselium terdiri dari hife yang tidak bersekat, tidak membentuk sel-sel berflagela. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan konidi. Hidup melekat pada saluran pencernaan Arthropoda.
Eumycotina tingkat tinggi
Terdiri dari 3 kelas: Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deutromycetes. Miselium terdiri dari hife bersekat yang letaknya teratur. Dalam golongan ini tidak dijumpai sel-sel berflagela. Pada Ascomycetes dan Basidiomycetes terdapat hife dikaryotik disamping yang monokaryotik. Hife dikaryotik terjadi karena setelah terjadi plasmogami tidak segera diikuti karyogami.
9. Kelas Ascomycetes. Meiospora dibentuk secara endogen di dalam askus dan disebut askospora, berjumlah 2, 4, dan 8 jarang sampai 16. Askus berbentuk gada, silinder atau bulat. Struktur somatik ada yang bersel tunggal, tetapi sebagian besar berbentuk hife bersekat yang letaknya teratur. Dinding sel sebagian besar mengandung khitin. Umumnya, daur hidup Ascomycetes terdiri dari 2 stadia, yaitu stadium asksual (imperfek) dan stadium seksual (perfek). Reproduksi vegetatif dilakukan dengan fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan tunas. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan konidi. Askus-askus dapat terbentuk dalam suatu badan buah yang disebut askokarp.
Ada 4 macam tipe askokarp: 1. Apotesium 2. Peritesium 3. Kleistotesium 4. Askostroma. Sementara ini Ascomycetes dibagi ke anak kelasnya berdasarkan pada ada/tidak adanya askokarp, perkembangan askus-askusnya dan tipe askokarp. Ada 5 anak kelas, yaitu: Hemiascomycetidae/Protoascomycetidae, Plectomycetidae, Hymenoascomycetidae, Laboulbeniomycetidae dan Loculoasco-mycetidae.
10. Anak kelas Hemiascomycetidae. Jenis-jenis dari kelas ini merupakan Ascomytes yang rendah tingkatannya. Ciri-ciri: miselium belum berkembang dengan baik, bahkan ada yang tidak membentuk miselium. Tidak membentuk hife askogenik, tidak membentuk askokarp, askus tumbuh langsung tanpa fase dikaryotik. Pembagian anak kelas ini ke bangsanya terdapat berbagai macam pendapat, antara lain adalah klasifikasi yang diajukan oleh Alexopoulos dan Mims, yaitu Protomycetales, Endomycetales dan Taphrinales. Termasuk dalam bangsa Endomycetales adalah suku Saccharomycetaceae. Anggota dan suku ini antara lain adalah Saccharomyces cerevisiae yang merupakan yeast askosporogenik non-miselial.
11. Anak kelas Plectomycetidae. Askus berbentuk bulat atau seperti buah pir, berdinding tipis. Letak dari askus-askus tersebar pada berbagai tingkatan, tidak membentuk himenium. Askokarp berbentuk seperti kleistotesium. Anak kelas ini dibagi kebangsa-bangsanya berdasarkan: tempat terbentuknya askus, ukuran askokarp dan tempat tumbuh askokarp, yaitu di atas tanah atau di bawah permukaan tanah serta sifat askospora dan konidiosporanya. Dalam anak kelas ini terdapat bangsa Eurotiales dengan suku Eurotiaceae, marga Penicillium dan Aspergillus.
12. Anak kelas Hymenoascomycetidae. Fungi dari anak kelas ini membentuk askus askusnya pada himenium, biasanya sebagai lapisan bagian basal dari askokarpnya Askokarp berbentuk kleistotesium, apotesium, dan peritesium. Hymenoasco-mycetidae sering dikelompokkan menjadi dua golongan tanpa memberi arti taksonomi mengenai istilah yang digunakan, walaupun mycetes secara resmi digunakan untuk nama kelas dalam fungi. Golongan tersebut adalah: Pyrenomycetes yang askokarpnya bertipe peritesium dan Discomycetes yang askokarpnya berbentuk apotesium.
13. Anak kelas Laboulbeniomycetidae. Merupakan fungi peritesial yang tidak mempunyai miselium sejati. Hampir semuanya hidup sebagai parasit obligat pada arthropoda.
14. Anak kelas Loculoascomycetidae. Askus "bitunicate" dan askostromatik.
15. Kelas Basidiomycetes. Meiospora terbentuk pada suatu struktur yang disebut basidium dan disebut basidiospora, umumnya berjumlah 2 - 4 buah, berinti tunggal. Miselium terdiri dari hife yang bersekat. Dalam daur hidupnya miselium berkembang melalui 3 fase, yaitu miselium primer yang homokaryon, yaitu hife yang pertama-tama tumbuh dari spora hife tadi multinukleat. Fase ini pendek, kemudian terbentuklah sekat yang membagi hife tersebut ke kompartemen-kompartemen hife yang uninukleat, hife ini membentuk hife yang binukleat, kemudian memasuki face miselium sekunder. Fase ini terbentuk dari persatuan sel hife monokaryotik yang kompatibel, yaitu sebagai hasil dari somatogami dan spermatisasi. Basidia dari sebagian besar Bassidiomycetes terdapat dalam badan buah/basidiokarp pada himenium. Alexopoulos & Mims membagi Basidiomysetes menjadi 3 anak kelas berdasarkam tipe basidia dan ada/tidak adanya basidiokarp, yaitu: Holobasidiomycetidae, Phragmobasidiomycetidae, dan Teliomycetidae.
16. Anak kelas Holobasidiomycetidae. Anak kelas ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu Hymenomycetes (Basidiomycetes yang himenial) dan Gastromycetes. Termasuk di dalam Hymenomycetes antara lain adalah bangsa Aphyllophorales dan Agaricales. Aphyllophorales secara tradisi dibagi kesuku-sukunya berdasarkan ciri-ciri makroskopiknya dan ditekankan pada konfigurasi himeniumnya, yaitu "cantharelloid", bergigi, membentuk lamela, berpori dan sebagainya. Berdasarkan ciri tersebut diperoleh 5 suku antara lain adalah Cantharelaceae dengan marga Cantharellus dan Polyporaceae dengan marga Fomus, Polyporus, dan Ganoderma. Bangsa Agaricales, termasuk fungi yang umum dikenal sebagai "mushroom": Basidiokarp terdiri dari tangkai, dan tudung, suku yang termasuk bangsa ini antara lain adalah Boletaceae, Amanitaceae, Tricholomataceae, Volvariaceae, dan Agaricaceae. Golongan Gastromycetes nama ini seperti halnya Hymenomycetes tidak mempunyai status taksonomi. Gastromycetes bersifat angiokarpik. Badan buah mempunyai lapisan luar, yaitu peridium, bagian fertil dari badan buah ini yang terbungkus peridium disebut gleba. Gastromycetes dibedakan dari lain-lain Basidiomycetes, ialah bahwa spora dibebaskan tanpa suatu kekuatan. Contoh dari bangsa-bangsanya adalah Sclerodermatales yang ditandai dengan peridium yang tebal dan berwarna gelap, tidak membentuk himenium dan Lycoperdales gleba berserbuk spora yang masak berwarna terang, terdapat benang-benang streril di antara spora-spora.
17. Anak kelas Phragmobasidiomycetidae. Basidium dari anak kelas ini terbagi menjadi 4 sel oleh sekat melintang atau membujur: Terbagi menjadi bangsa Tremellales. Auriculariales, dan Septobasidiales.
18. Anak kelas Teliomycetidae. Anggota dari anak kelas ini sebagian besar merupakan jamur yang patogenik pada tumbuhan dan dikenal sebagai jamur karat dan jamur api. Jamur ini ditandai dengan terbentuknya teliospora yang berdinding tebal berinti 2 buah. Setelah terjadi karyogami teliospora pada akhirnya berkembang menjadi basidiospora setelah terjadi meiosis. Anak kelas ini terbagi menjadi 2 bangsa, yaitu: Ustilaginales (Jamur api) dan Uredinales (jamur karat merah).
19. Kelas khusus Deuteromycetes. Fungi ini bereproduksi hanya dengan pembentukan konidi dan fragmentasi hifenya yang bersekat tidak atau belum mempunyai siklus seksual. Konidi mempunyai warna dan bentuk bermacam-macam, terdiri dari satu atau beberapa sel. Konidi terdapat konidiofor tunggal atau konidiofora-konidiofora tersebut terkumpul dan membentuk suatu struktur yang disebut sinema atau sporodokhium atau terbentuk dalam suatu badan buah yaitu piknidium atau aservulus. Klasifikasi dari fungi ini merupakan klasifikasi buatan karena tidak dijumpai stadium seksualnya. Deuteromycetes dibagi menjadi 3 anak kelas khusus, yaitu Hyphomycetidae, Coelomycetidae dan Blastomycetidae berdasarkan atas tempat terbentuknya konidi dalam badan buah (aservulus/piknidi) atau tidak dalam badan buah.
Kegiatan Belajar 2
Lichenes
Lichenes adalah organisme yang merupakan asosiasi dari Fungus dan alga, huhungan antara kedua organisme tersebut adalah sedemikian rupa hingga membentuk suatu talus tunggal. Komponen fungi disebut mikobion dan komponen alga disebut fikobion. Mikobionnya sebagian besar adalah Ascomycetes hanya beberapa saja yang Basidiomytes atau Deutromycetes. Sebagian besar Lichenes yang askomisetik funginya adalah dari golongan Discomycetes: Mikobion tidak pernah dari Hemiasomycetidae, Plectomycetidae atau Laboulbeniomycetidae. Fikobion umumnya dari Chlorophyceae yang bersel tunggal atau dari Cyanophyceae. Talus: berdasarkan distribusi sel-sel alga di antara hife fungi terdapat 2 tipe talus, yaitu holomeri dan heteromerik. Bentuk utama dari talus lichenes ada 3 bentuk utama yaitu: foliose, skuamulose, dan frutikose. Reproduksi: talus lichenes dapat memperbanyak diri dengan fragmentasi talusnya, dengan diaspora. Diaspora ada 2 macam yaitu isidia dan soredia.
Klasifikasi lichenes yang paling sederhana ialah mendasarkan pada golongan fungi yang membentuk talus tersebut, yaitu Ascolichenes. Basidiolichenes, dan Deuterolichenes. Sebagian besar lichenes adalah Ascolichenes. Ascolicenes dibagi menjadi 3 kelompok besar sesuai dengan struktur dari askus dan askokarpnya sebagai berikut: Hymenoascolichenes dengan askus yang unitunikat dalam apotesium, Loculoascolichenes dengan askus bitunikat dalam apotecium dan Loculoascolichenes dengan askus bitunikat dalam pseudotecium (askstroma yang unilolkuler).
________________________________________
MODUL 4
TUMBUHAN LUMUT
Kegiatan Belajar 1
Divisi Bryophyta
1. Tumbuhan lumut adalah golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih tinggi daripada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio.
2. Meskipun tumbuhan lumut hidup di darat tetapi untuk terjadinya pembuahan masih tetap memerlukan air, hingga tumbuhan lumut disebut sebagai tumbuhan amfibi.
3. Bentuk dan susunan gametangium yang spesifik pada tumbuhan lumut ialah terutama pada arkegonium yang berbentuk seperti botol dan terdiri atas bagian perut dan bagian leher, sehingga tumbuhan lumut termasuk golongan Archegoniata.
4. Berhubung dalam perkembangan sporofitnya tumbuhan lumut membentuk embrio, dan untuk terjadinya pembuahan gamet jantan mencapai sel telur tanpa harus melalui "siphon", maka tumbuhan lumut tergolong Embriophyta asiphonogama.
5. Dalam siklus hidup yang normal generasi haploid (gametofit) dan generasi diploid (sporofit) bergiliran secara teratur.
6. Penyimpangan dari siklus hidup yang normal dapat mengakibatkan peristiwa apogami dan apospori.
7. Sporofit yang terjadi karena peristiwa apogami adalah haploid, sebaliknya gametofit yang terjadi karena peristiwa apospori adalah diploid dan menghasilkan gamet yang diploid pula.
8. Pembagian klasifikasi Bryophyta yang pertama menurut Eichler (1883) didasarkan atas perbedaan bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium serta sporogoniumnya, dibagi menjadi dua kelas yaitu Hepaticae dan Musci.
9. Dalam perkembangan klasifikasi selanjutnya ternyata bangsa Anthocerotales (anggota dari kelas Hepaticae) menurut Howe (1899) mempunyai struktur gametofit dan sporogonium yang berlainan hingga kemudian dikelompokkan dalam kelas tersendiri yaitu Anthocerotae, maka pembagian Bryophyta menjadi Hepaticae, Anthocerotae, dan Musci.
10. Berhubung nama-nama takson tersebut di atas belum sesuai dengan peraturan dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan maka Rothmaler (1951) dan juga Proskauer (1957) mengganti nama takson tersebut menjadi Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida.
Kegiatan Belajar 2
Hepaticopsida dan Anthocerotopsida
1. Kelas Hepaticopsida mempunyai ciri-ciri antara lain gametofitnya yang pipih dorsiventral. Bentuk tubuh gametofit ada yang berupa lembaran dan ada yang menyerupai batang dengan daun-daun. Di dalam kapsul spora hanya ada jaringan arkespora. Spora yang berkecambah tidak membentuk protonema.
2. Berdasarkan perbedaan struktur vegetatif dan struktur produktifnya, Hepaticopsida dibagi menjadi 4 bangsa yaitu: Marchantiales, Sphaerocarpales, Yungermanniales, dan Calobryales.
3. Bangsa Marchantiales dicirikan dengan gametofitnya yang berbentuk seperti pita bercabang menggarpu, ada diferensiasi dalam jaringan penyusunnya, dan gametangium letaknya tenggelam.
4. Anggota bangsa Marchantiales yang paling sederhana adalah suku Ricciaceae dengan ciri-ciri sporofit hanya terdiri atas bagian kapsul saja dan terdapat di dalam jaringan talus. Tidak ada pelepasan spora, maka hanya dapat tersebar setelah jaringan sekelilingnya rusak.
5. Suku Marchantiaceae mempunyai ciri-ciri pada gametangiumnya yang terdapat pada suatu penyangga atau gametangiofor, sporofitnya terdiri atas bagian kaki, seta, dan kapsul. Sel-sel arkhespora kecuali membentuk spora juga elatera.
6. Yungermanniales adalah salah satu bangsa dari kelas Hepaticopsida yang tidak mempunyai mulut kulit (stomata), dan arkegoniumnya diliputi oleh involukrum (pada yang talusnya berupa lembaran) atau dikelilingi oleh periketium/periantium (pada yang talusnya menyerupai batang dengan daun-daun).
7. Berdasarkan duduknya sporogonium, Yungermanniales dibedakan atas 2 anak bangsa yaitu Metzgerinae (Anacrogynae) dan Yungermanninae (Acrogynae).
8. Anthocerotopsida mempunyai sporofit yang terdiri dari kaki dan kapsul saja. Bentuk kapsul spora menyerupai tanduk, maka dinamakan lumut tanduk. Di dalam kapsul spora terdapat jaringan arkespor dan sepanjang poros bujurnya terdapat kolumela.
9. Anthocerotopsida hanya terdiri satu bangsa Anthocerotales dan dua suku yaitu Anthocerotaceae dan Notothylaceae.
10. Anthocerotopsida juga dapat berkembang biak secara aseksual seperti pada Hepaticopsida yaitu dengan fragmentasi, pembentukan gemma, pembentukan


0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com